Jumat, 05 Juni 2009

bulan juni

Alhamdulillah di bulan juni, bulan ke 6 di tahun masehi aku masih d beri kesempatan tuk hirup udara segar. Semoga aku diberi umur panjang yang bermanfaat...

Selasa, 12 Mei 2009

Aku dan nyanyian qalbu

Aku hanyalah seorang manusia....
insan yang berlumur dosa...
inginku.....
bahagiakan semua....

jika hatiku sepi...
ku nyanyikan lantunanMU...
Jika hatiku gundah....
Kulantunkan asmaMu...

NamaMu selalu ada di hatiku...
Dan tak akan pernah tergantikan oleh apapun...
Ku korbankan jiwa ragaku...
Hanya tuk agungkan namaMu....

Terimalah sujud dariku....
Sujud yang tak akan pernah terhenti...
Hingga sampai Kau hentikan...
Ketika raga berpisah dengan nyawa...

Jumat, 08 Mei 2009

Ummi....

Ummi....
Walau ragamu tak dapat ku rengkuh...
Tetapi jiwamu akan selalu hidup didalam diriku....
Semoga aku bisa menjalankan amanahmu...
Tuk jadi wanita yang sholeha....

Ummi....
Disini aku kesepian tanpamu....
Aku merindukan hangatnya pelukanmu...
Yang tak pernah kurasakan....

Ummi....
Begitu berat beban hidupku tanpamu....
Berbagai cobaan seakan bertubi-tubi menimpaku...
Ingin ku bersandar di pundakmu....
Tidur di pangkuanmu....
Sambil mencurahkan isi hatiku....

Ummi....
Aku merindukanmu....
Aku membutuhkanmu....
Semoga aq bisa menjadi yang kau harapkan..........

Jumat, 24 April 2009

Husein yang baik hati

Seorang anak manusia yang telah beranjak dewasa, sebut saja dia husein. Husein adalah pemuda desa yang ingin merubah nasibnya di kota. Husein lahir dari keluarga yang kurang beruntung dari segi ekonomi, tapi husein adalah pemuda yang tak pantang menyerah. Dia adalah seorang pemuda yang gigih selain itu husein adalah seorang pemuda yang rajin beribadah, sehingga tak heran kalau husein sangat di cintai warga sekitar tempat husein tinggal. Walaupun rizki yang di peroleh pas-pasan husein tak pernah menggerutu, dia ikhlas menerima berapupun rizki yang diterimanya. Husein adalah seorang pemuda yang dermawan walaupun kadang-kadang dia harus berpuasa karna isi dalam kantongnya mulai menipis.

Suatu malam yang sunyi husein terbangun dari tidurnya, segera ia ambil air wudhu untuk sholat tahajud, lalu ia bermunajah pada sang khaliq. Usai sholat husein beranjak kembali ke tempat tidur. Ia merenungi nasib selama ini sambil bergumam dalam hati “ jika ini yang Engkau takdirkan terhadap hamba ya rob demi Allah hamba ikhlas menjalani, tapi hamba tak akan berhenti tuk berusaha sampai Kau merubah nasib hamba ya rob, Semoga hamba adalah termasuk hambamu yang ikhlas.” lalu husein panjatkan doa sebelum tidur dan akhirnya tertidur. Di pagi buta husein sudah bangun, lalu ia jalani aktivitas seperti biasa.

Di suatu hari dalam perjalanan menuju tempat ia bekerja husein bertemu dengan seorang pengemis tua. Pengemis itu duduk di pinggir jalan sambil memegangi perut, lalu husein menghampiri pengemis itu sambil berkata “ selamat pagi pak, knapa wajah bapak pucat...? apakah bapak sakit?” pengemis itupun menjawab “ saya lapar nak, dari kemarin belum makan”. Husein tak tega melihat pengemis itu kelaparan, lalu ia merogo sakunya dan mengambil uang lembaran 10 ribu dan memberikannya kepada pengemis tua itu, walaupun saat itu di dalam saku husein cuma ada uang 15 ribu. Lalu husein beranjak pergi dari pengemis itu dan melangkah dengan hati tenang.

Cukup sekian kisah husein si baik hati. Dia adalah contoh pemuda yang berbudi baik. Semoga kisah si husein bisa menggugah hati kita yang dulunya kikir menjadi dermawan. Semoga kita menjadi hamba yang ikhlas. Amiiinnn....ya robbal alamin.


Sabtu, 11 April 2009

KOSONG

Kosong....

Hanya kosong yang dapat di rasakan...

Taman tlah tak bersahabat...

Sang kupu tlah pergi menjauh....


Sang bunga telah layu.....

Mentari pagi tak lagi bersinar...

Gemerlip bintang tak lagi menemani....

kunang-kunang mati di telan malam....


Bulan menangis...

Meratapi nasib...

Kemalangan tlah menghantui...

Langit marah menghantam semua...


Sang petir menari-nari...

Di hamparan luas...

tertawa terbahak-bahak...

karena semuanya tlah mati....

Minggu, 29 Maret 2009

Kakakku sayang

Ismu hadi adalah namamu....

Kau adalah seorang kakak yang arif...

Tutur katamu lembut....

Kau Senantiasa membimbingku ke jalan yang lurus....


Wahai kakakku yang bijak....

Semoga kau termasuk salah satu hamba Allah ahli surga....

Jika ku terlambat sholat...

Kau menegurku dengan kata- kata yang lembut...

Jika ku malas laksanakan puasa sunnah...

Kau menasehatiku....

Jika 1/3 malam tlah tiba....

Kau membangunkanku...

Sambil berkata...

Adikku sekarang waktunya bermunajah pada Allah...

Bangunlah Dik...perangi syaitan...karna dia adalah musuh yang nyata bagi kita...


Wahai kakakku

Satu Nasehatmu yang indah...

yang selalu kukenang dalam sanubariku...

Kau mengatakan demikian...

Adiku....

Kehidupan ini bagai samudera...

Yang tak berujung batas dan dalamnya...

Badai gelombang selalu menyertainya...

Jadilah kau bagai pelayar...

Yang dengan persiapan takwa sebagai sampanmu...

Iman sebagai bekalmu...

Dan tawakal sebagai layarmu...

Insya Allah kau selamat sampai pantai impian...


Kakakku sayang...

Semoga Aku bisa sepertimu...

Kan kunasehati keturunanku kelak...

Seperti yang telah kau nasehatkan padaku...

Semoga kakak menjadi orang yang sukses dunia akhirat...


Senin, 09 Maret 2009

Nabi Muhammad SAW

Pada waktu umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum beliau dilahirkan yaitu sewaktu beliau 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'bah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah ada sebelumnya. Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Bani Sa'ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Bani Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mau menerima beliau karena Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Beliau telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa beliau kembali kepada Aminah dan membawa pulang ke pedalamanya.
Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad
Pada usia dua tahun, beliau didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyadari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui. Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu beliau mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik dari Halimah dan keluarganya. Selepas itu beliau dibawa pulang kepada kakeknya Abdul Mutallib di Makkah.
kakek beliau, Abdul Muthallib amat menyayangi beliau. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-saudaranya, mereka ditemani oleh Ummu Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa beliau. Beliau ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan. Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminahpun bersiap-siap untuk pulang kembali ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah sewaktu mereka datang. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga. Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Ummu Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah beliau dengan kakek yang dicintainya dan paman-pamanya. "Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)
Abdul Mutallib Wafat
Kegembiraannya bersama kakek beliau tidak bertahan lama. Ketika beliau berusia delapan tahun, kakek beliau meninggal dunia. Kematian Abdul Muthallib menjadi suatu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang kedepan, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.
Muhammad diasuh oleh Abu Thalib
Selepas kewafatan kakek beliau, Abu Thalib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Thalib kurang mampu dibanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy. Abu Thalib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia. Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang pendeta yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada beliau. Lalu pendeta tersebut menasehati Abu Thalib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam karena dikawatirkan orang-orang Yahudi akan menyakiti beliau bila diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Thalib mengikuti nasehat pendeta tersebut dan dia tidak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang banyak. Muhammad juga telah menjadi sebagian anggota dari keluarganya. Beliau mengikuti mereka ke tempat-tempat yang berdekatan dan mendengarkan sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab. Beliau juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Beliau mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Beliau selalu berfikir dan merenungkan tentang kejadian alam semesta menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu beliau jauh dari segala pemikiran manusia yaitu nafsu duniawi. Beliau terhindar dari perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelar yang diberikan yaitu "Al-Amin". Ketika beliau mulai menginjak usia dewasa, beliau disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Beliau melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan sifat mulia beliau dan keuletan beliau sebagai seorang pedagang. Lalu dia mengutarakan isi hatinya untuk menikah dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkawinan mereka berdua. Dibukanya lembaran baru dalam hidup Muhammad dengan Khadijah sebagai suami istri.
Turunnya Wahyu Pertama
Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi seluruh alam. Ketika itu, beliau berada di Gua Hira' dan senantiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat al-qur'an yang pertama diturunkan kepada Muhammad.
"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1) Rasulullah pulang dengan penuh rasa gemetar lalu diselimuti oleh Khadijah yang mencoba menenangkan beliau. Ketika semangat beliau mulai pulih, diceritakanya kepada Khadijah tentang kejadian yang telah terjadi.
Kemudian beliau mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat dari penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah istrinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian beliau. Dan Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran beliau. Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya saja.
Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah turunnya wahyu memerintahkan beliau untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullahpun mulai menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas. "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94). Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh beliau. Mereka memusuhi beliau dan para pengikut beliau termasuk Abu Lahab, paman beliau sendiri. Tidak seperti Abu Talib, dia selalu melindungi keponakanya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah melihat tantangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah: "Wahai pamanku, andai matahari diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sampai agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa karenanya" Beliau menghadapi berbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemohan dan ejekan dari penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan menolak untuk beriman kepada Allah. Bukan Rasulullah saja yang menerima tantangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasakan penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.
Wafatnya Khadijah dan Abu Thalib
Rasulullah amat sedih melihat tingkah laku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy karena beliau tau akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah karena istri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Istri beliaulah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan agama Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghibur Rasulullah di saat beliau dirundung kesedihan. Pada tahun itu juga paman beliau Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasakan oleh Rasulullah karena kehilangan orang-orang yang amat disayangi olehnya.
Hijrah Ke Madinah
Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas kepergian istri dan paman beliau. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah setelah mendapat ancaman dari kaum kafir Quraisy akan membunuh beliau. Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan beliau diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas SAW sendiri.
Negara Islam Madinah
Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tantangan dari kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Walaupn begitu, nabi muhamammad menggalakan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Beliau dilantik sebagai ketua agama dan panglima negara. Semua rakyat mendapat hak yang adil. Aturan negara secara tertulis juga dijalankan. tulisab ini memuat beberapa pasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan mencakup aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketentaraan. isi undang-undang adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah. Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting untuk melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah bersama tenyaranya telah berperang beberpapa kali untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi beliau ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan. Pada tahun 625 M/ 4 Hijriyah, Perjanjian Hudaibiyah telah disepakati antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad SAW juga telah berjaya membuka kembali kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10.000 orang para pengikutnya.
Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan beliau serta pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, beliau menunaikan haji bersama-sama dengan 100.000 orang pengikutnya. Beliau juga telah menyampaikan amanahnya yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda beliau yang berbunyi: "Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah satu keturunan yaitu keturunan Nabi Adam AS. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, yaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."
Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w
Beliau telah wafat pada bulan Juni tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah. Beliau wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Beliau berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan tangguh. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.


Jumat, 06 Maret 2009

Nabi Isa AS

Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur'an ialah Isa. Beliau diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur'an.

Di dalam al-Qur'an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaitu Isa, Isa putra Mariam, putra Mariam, dan al-Masih.

Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42).

Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat dari Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi tanpa disentuh oleh seorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.

Kelahiran

Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat karena dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,

"Aku berlindung pada Yang Pemurah dari kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!'

Dia (malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang dari Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'" (19:18-19)

Pada ayat yang lain, diceritakan bahwa malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putra yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:

"Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata dari-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putra Mariam, terhormat di dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)

Kemudian Mariam bertanya,

"Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?" (19:20)

Malaikat menjawab,

"Dia (Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:21).

Maka lahirlah Isa putra Mariam lebih dahulu enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, yaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).

Allah juga menyatakan bahwa Nabi Isa adalah seperti Adam, walaupun Adam diwujudkan tanpa ibu dan bapa. Kesamaan mereka berdua adalah pada ciptaan. Kedua-duanya dicipta dari tanah (3:59). Itu menunjukkan mereka adalah manusia biasa, karena manusia dicipta dari tanah.

Kerasulan dan Kenabian

Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Beliau dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang berkata-kata ejekan kepadanya, ada yang menaikkan derajat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:

"Dan rasul-rasul itu, sebagian Kami melebihkan di atas sebagian yang lain. Sebagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebagian Dia menaikkan derajat. Dan Kami memberikan Isa putra Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253)

Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeda-bedakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,

"Katakanlah, 'Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan lain-lain, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136)

Akibat membeda-bedakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, yaitu Nabi Isa dipercayai oleh sebagian pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap sebagai Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.

Ajaran

Oleh karena Isa seorang Nabi beliau diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandung petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan mentaati Injil, beliau mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:

"Dan Kami mengutus, menyusul jejak-jejak mereka, Isa putra Mariam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan,

"Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau perintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117)

Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummi (7:157), dan janji dikaruniakan Taman atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapat di dalam Taurat dan al-Qur'an.

Ketika beliau diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman Allah:

"dia (Isa) berkata, 'Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebagian apa yang didalamnya kamu perselisihkan; maka takutilah olehmu Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63)

Beliau juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas beliau, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:

"Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)

Pengikut setia

Seperti Nabi atau Rasul yang lain, beliau mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:

"Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, 'Percayalah kepada-Ku, dan rasul-Ku'; mereka berkata, 'Kami percaya, dan saksikanlah Engkau akan kemusliman kami.'" (5:111)

Pengikut-pengikut yang setia pula yang menjadi penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:

"Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksikanlah kamu akan kemusliman kami.'" (3:52)

Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksanakan dan menyampaikan pesan-Nya. Firman Allah:

"Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putra Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?' Pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah.'" (61:14)

Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjutnya untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tentram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi demikian:

"Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putra Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?'
Dia (Isa) berkata, 'takutlah kamu pada Allah, jika kamu termasuk orang-orang mukmin.'
Mereka berkata, 'Kami menghendaki untuk makan darinya, dan agar hati kami menjadi tentram, supaya kami mengetahui bahwa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami menjadi para saksinya.'" (5:112-113)

Justru itu, Isa memohon kepada Allah,

"Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang terakhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) dari Engkau. Dan berilah rizki untuk kami; Engkau yang terbaik dari pemberi rizki." (5:114)

Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surat di dalam al-Qur'an, yaitu surat kelima, al-Maidah.

Mukjizat

Selain dari kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikaruniakan dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:

"Ketika Allah berkata, 'Wahai Isa putra Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku atas kamu, dan atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ..... dan kamu ciptakanlah dari tanah liat, dengan izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu hembuskan padanya(tanah liat), lalu jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang yang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku' ..... lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110)

Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia tidak berkata bahwa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Karena, seperti yang sudah dibicarakan dilarang membeda-bedakan para Nabi dan Rasul dilarang Allah.

Wafat

Tidak seperti kepercayaan setengah orang yaitu Nabi Isa tidak wafat semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit. Sebenarnya, Nabi Isa telah wafat di bumi, namun bukan disalib. Beliau telah wafat selepas peristiwa penyaliban atas pengikut yang menghianatinya di sebuah tempat lain yang tidak diceritakan di dalam al-Qur'an. Besar kemungkinan beliau telah melarikan diri dari tempat beliau dijatuhkan hukuman. Bukti yang menunjukkan beliau telah wafat di bumi terdapat pada ayat-ayat berikut:

"Apabila Allah berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu dari orang-orang yang tidak percaya .....'" (3:55)
"Dan aku (Isa) seorang saksi atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)

Akan tetapi, sebagian dari kaum Bani Israil mengatakan bahwa mereka telah membunuhnya dengan disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan saja. Firman-Nya:

"ucapan mereka, 'Kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Mariam, rasul Allah.' Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah." (4:157)

Telah ada lagi kepercayaan terhadap Nabi Isa yang tidak disahkan Allah di dalam al-Qur'an, yaitu beliau akan muncul lagi di bumi buat kedua kalinya. Itu tidak benar.

Terperangkap

Setelah Isa wafat, beberapa perkara telah berlaku. Pertama, orang-orang yang mengaku pengikut beliau telah menumbuhkan sistem berahib, atau berpaderi, atau sistem berulama dalam agama. Sistem itu tidak dianjurkan oleh Allah. Firman-Nya:

"Dan rahbaniyah (sistem berahib) yang mereka-reka - Kami tidak menuliskan (menetapkan) untuk mereka" (57:27).

Kemudian, diantara mereka setuju untuk mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan, mungkin kerana kelahiran yang luar biasa dan mukjizat-mukjizatnya. Mereka yang berbuat demikian telah terperangkap dalam kepercayaan lalu menjadi kafir. Firman-Nya:

"Merekalah orang-orang yang tidak percaya (kafir), yang berkata, 'Sesungguhnya Allah, Dia ialah al-Masih putra Mariam'" (5:17), dan

"orang-orang Kristian berkata, 'Al-Masih ialah putra Allah.' Itu adalah ucapan dari mulut mereka, menurut ucapan orang-orang yang tidak percaya sebelum mereka. Allah memerangi mereka! Bagaimanakah mereka dipalingkan?" (9:30)

Satu bukti telah didatangkan Allah untuk menunjukkan kepalsuan kepercayaan mereka. Buktinya adalah pada amalan memakan makanan, berbunyi:

"Al-Masih, putra Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum dia telah berlalu. Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling." (5:75)

Nabi Isa dan ibunya makan makanan. Tetapi Tuhan tidak makan. Kalau Dia makan tentu Dia mempunyai sebuah "pintu kecil" untuk mengeluarkan makanan yang tidak diperlukan lagi. Tuhan tidak ada pintu tersebut seperti yang terdapat di bagian belakang badan manusia atau hewan. Sekiranya perkara itu disampaikan kepada orang-orang yang mempercayai Nabi Isa itu Tuhan atau anak-Nya, tentu mereka akan berpaling juga dan tetap dengan kepercayaan mereka. Begitulah manusia dengan kepercayaan agamanya. Mereka lupa menggunakan akal.

Akhirat

Kepercayaan serupa itu sungguh berat di sisi Allah sehingga Nabi Isa akan ditanya di akhirat. Beliau akan ditanya seperti beliau telah menyatakan bahwa beliau dan ibunya bukanlah tuhan-tuhan selain Allah. Pertanyaan-Nya berbunyi:

"Wahai Isa putra Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain Allah'?" (5:116)

Nabi Isa menjawab:

"Kepada Engkau sanjunganku! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang ada di dalam jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang maha mengetahui yang ghaib." (5:116)

Jawabannya bersambung lagi:

"Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau perintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku seorang saksi atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)

Nabi Muhammad juga akan ditanya di akhirat atas sesuatu yang amat berat juga. Beliau ditanya mengenai sambutan kaumnya terhadap al-Qur'an. Jawaban beliau berbunyi:

"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30)

Itulah yang berlaku pada sekarang ini. Ajaran al-Qur'an tidak dipedulikan. Namun, waktu masih ada untuk semua kembali kepada ajaran al-Qur'an.


Nabi Zakaria AS dan Nabi Yahya AS

Nabi Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sadar dan mengetahui bahwa anggota keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak saudaranya adalah orang-orang jahat di golongan Bani Israil yang tidak segan-segan melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan rasa keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati mereka, sehingga dengan mudah mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kemaksiatan. Ia kawatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan mereka tanpa seorang pewaris yang dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya, bahwa mereka akan makin rusak dan makin berani melakukan kejahatan dan kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalahgunakan hukum-hukum agama. Kekawatiran itu selalu mengganggu pikiran Zakaria disamping rasa sedih hatinya bahwa ia sejak kawin sampai mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan belum mengaruniakannya seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra'il. Ia agak terhibur dari rasa sedih dan kekawatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya yang kuat untuk memperoleh keturunan tergugah kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam hatinya bahwa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah. Allah yang telah memberi rizki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan berusaha, Dia pula yang berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban. Pada suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya mengheningkan cipta memusatkan pikiran kepada kebesaran Allah seraya bermunajat dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat. Dengan suara yang lemah lembut berucaplah ia dalam doanya: "Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putra yang akan mewarisiku dan mewarisi sebagian dari keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra'il. Aku kawatir bahwa sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban sedang istriku adalah seorang perempuan yang mandul namun kekuasaan-Mu adalah diatas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengaruniai aku seorang putra yang sholeh yang engkau ridhai." Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: "Hai Zakaria Aku memberi kabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putra bernama Yahya yang sholeh yang membenarkan kitab-kitab, Allah menjadi pemimpin yang diikuti, bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi."
Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperoleh anak sedangkan iseriku adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut usianya." Allah menjawab dengan firman-Nya: "Demikian itu adalah suatu hal yang mudah bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu belum ada sama sekali?" Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahwa istriku telah mengandung." Allah berfirman: "Tandanya bagimu bahwa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari." Nabi Yahya bin Zakaria AS tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali bahwa ia diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahwa ia seorang putra yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah orang yang sombong dan durhaka. Ia terkenal cerdik dan pandai, berpikiran tajam sejak ia berusia muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga berpengaruh kepada kesehatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya pucat dan matanya cekung. Ia dikenal oleh kaumnya sebagai seorang yang alim menguasai masalah keagamaan, hafal kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan. Ia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari dosanya. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dimandikan { dibaptiskan } di sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang Kristian dan karena Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara itu, maka ia dijuluki "Yahya Pembaptis". Dikisahkan bahwa Hirodus Penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak saudaranya sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh semampai dan ramping. Ia berhasrat ingin mengawininya. Sang gadis beserta ibunya dan seluruh anggota keluarga menyentujui rencana perkawinan itu, namun Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahwa perkawinan itu tidak boleh dilaksanakan karena bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan seseorang mengawini anak saudaranya sendiri. Berita rencana perkawinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang melarangnya tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di segala tempat di mana orang berkumpul. Hirodia si gadis cantik calon istri itu merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa mengharamkan perkawinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah membawa reaksi dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia kawatir bahwa bapa saudaranya Hirodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu dan terpaksa membatalkan perkawinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan, bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian maupun peralatan yang perlu untuk pesta perkawinan yang telah disepakati itu. Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak tinggal diam. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikan dan parasnya yang ayu itu mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkawinan dilaksanakan menurut rencana. Dengan merias diri dan berpakaian yang merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Hirodus yang sedang dilanda mabuk asmara. Bertanya Hirodus kepada anak saudaranya calon istrinya yang nampak lebih cantik daripada biasa : "Hai manisku, apakah yang dapat aku perbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku, aku bersedia melayani segala keperluan dan keinginanmu." Hirodia menjawab: "Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai satu permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini. Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacaukan rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan memenuhi permintaanku ini". Hirodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan keelokan Hirodia tidak menolak menghadapi permintaan calon istrinya itu dan tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara hati nuraninya dan panggilan akal sehatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan kesayangannya Hirodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahwa hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama yang akan menghalangi rencana perkawinannta telah tersingkirkan, walaupun perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani Isra'il seluruhnya.
Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran, surat Maryam ayat 2 sampai ayat 15, surat Ali Imran ayat 38 sampai ayat 41 dan surat Al-Anbiya' ayat 89 sampai ayat 90.

Kamis, 05 Maret 2009

Nabi Yunus AS

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahwa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing pendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah. Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agar menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawa manfaaat atau mudharat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahwa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan serta diubah bentuk dan modelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyadarkan mereka bahwa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya. Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka. Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami untuk meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang pendatang untuk tujuan merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk menggurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahwa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahwa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami." Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan, menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa darimu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahwa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku, tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, niscaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab siksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu yaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu. Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tantangan seraya mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikuti kemauanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cobalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami." Nabi Yunus tidak tahan tinggal lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu. Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin gelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kencangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan. Dalam keadaan panik dan ketakutan, sadarlah mereka bahwa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahwa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya merasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu. Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan siksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka. Allah yang Maha Mengetahui bahwa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahwa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab siksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengaruniakan maghfirah-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan berseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tentram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel karena sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami." Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama penumpang lainya. Kapal segera melepaskan sandaranya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, karena tiba-tiba tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin topan yang kencang, sehingga menjadikan nahkoda kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya. Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan. Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain. Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah mengheningkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat. Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allah mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya mentah-mentah dan menyimpannya di dalam perut sebagai amanah Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak cedera kelak bila saatnya tiba. Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang dzalim." Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya. Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satupun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, sholeh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t. Pokok cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surat Yunus ayat 98, surat Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surat Ash-Shaffaat ayat 139 sampai ayat 148.

PeLajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.

Bahwasannya seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar menahan emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } ." Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa karena kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disadarkan untuk menerima ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya. Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sadar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.



Rabu, 04 Maret 2009

Nabi Ilyasa'

Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari'at dan metode nabi Ilyas. Al Qur'an tidak menguraikan tentang Nabi Ilyasa. Hanya dijelaskan.

"Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."(Q.S. Shaad : 48)

Nabi ini termasuk hamba Allah yang terbaik. Konon nabi inilah yang disebut dalam kitab Taurat. Di antara mukjizatnya adalah menghidupkan kembali orang yang telah mati. Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampinginya untuk menyeru kepada orang-orang ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal. Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa.


Nabi Ilyas AS

Nabi Ilyas diutus kepada penduduk Baalbek, sebelah barat Kota Damaskus (Libanon Timur sekarang). Dia mengajak kaumnya beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap patung yang mereka namakan Ba`la. Hal inilah yang mengakibatkan mereka menganiayanya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Ilyas adalah paman Nabi Ilyasak. namun betapapun gigihnya Nabi Ilyas berdakwah, kaumnya tidak mau mendengarkannya. Maka Allah menghukum mereka dengan azab didunia dan akhirat. Selepas kematian Nabi Sulaiman AS, kerajaan telah mengalami perpecahan. Pengaruh syaitan telah berleluasa. Manusia yang beragama diejek-ejek. Undang-undang Somaria telah membunuh banyak golongan yang mengetahui dan mengikuti akidah yang benar. Pengaruh kejahatan menjadi semakin buruk dan Allah telah mengantar Nabi Ilyas AS untuk memulihkan manusia pada zaman pemerintahan Raja Ahab dari Israil. Beliau berusaha bersungguh-sungguh untuk menyelamatkan manusia karena mempercayai banyak tuhan dan melarang mereka menyembah Tyrian Bal. Beliau juga menasehati manusia untuk menyembah Allah dan menghindari melakukan kejahatan. Apabila usahanya tidak dihiraukan dan tidak membuahkan hasil, beliau tiba-tiba muncul sebelum raja dan mata-matanya memberitahu bahwa arus deras akan melanda negeri tersebut. Beliau juga memberitahu bahwa Tyrian Bal tidak mempunyai kuasa untuk menahan bencana tersebut. Para penduduk tidak mengindahkan amarannya dan tidak mengubah kepercayaan mereka. Kenabian Nabi Ilyas akhirnya terbukti benar dan seluruh negeri dilanda banjir besar dan rakyat mengalami musibah. Selepas dua tahun, Nabi Ilyas memohon Allah mengaruniakan belas kasihan dan keampunan-Nya kepada penduduk yang terkena bencana itu. Mereka telah mengakui kekuasaan Allah dan merasa sangat menyesal. Tak lama selepas arus deras berhenti dan Allah telah menarik balik sumpahnya, Allah telah menyuruhnya memanggil ilyasa menggantikannya. Beliau melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan dan hilang secara misteri. Terdapat satu petikan dalam ayat al-Quran yang bermaksud:
" Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik" (Shaad, 28: 48) .


Nabi Sulaiman AS

Nabi Sulaiman adalah salah seorang putra Nabi Daud. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.
Nabi Sulaiman Seorang Juri

Sewaktu Daud, ayahnya menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il ia selalu mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk menangani perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia memang sengaja dibawa oleh Daud, ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan serta menyertainya didalam menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya serta menyiapkannya sebagai putra mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan, bila tiba saatnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia yang fana ini. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara yang bahkan lebih tua usia daripadanya. Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya yaitu terjadi pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara sengketa mereka, yaitu bahwa kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu telah dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di waktu malam yang mengakibatkan rusak pekarangannya yang sudah dirawatnya begitu lama sampai mendekati masa panennya. Kawan yang diadukan itu mengakui kebenaran pengaduan kawannya dan bahwa memang hewan ternakannyalah yang merusak kebun dan perkarangan kawannya itu. Dalam perkara sengketa tersebut, Daud memutuskan bahwa sebagai ganti rugi untuk pemilik kebun akibat pengrusakan kambing-kambing peliharaan tetangganya, maka pemilik kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi yang disebabkan oleh kelalaianya menjaga binatang ternaknya. Akan tetapi Sulaiman yang mendengar keputusan itu yang dijatuhkan oleh ayahnya itu yang dirasa kurang tepat berkata kepada si ayah: "Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan itu sepatutnya berbunyi sedemikian : Kepada pemilik pekarangan yang telah binasa tanamannya diserahkanlah hewan ternak tetangganya untuk dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan untuk keperluannya, sedang pekarangannya yang telah binasa itu diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipagar dan dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya, kemudian masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya." Kuputusan yang diusulkan oleh Sulaiman itu diterima baik oleh kedua orang yang menggugat dan digugat dan disambut oleh para orang yang menghadiri sidang dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman yang walaupun masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir dan keberanian mengutarakan pendapat walaupun tidak sesuai dengan pendapat ayahnya. Peristiwa ini merupakan permulaan dari sejarah hidup Nabi Sulaiman yang penuh dengan mukjizat kenabian dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya dan kepada ayahnya Nabi Daud.

Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya

Sejak masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya menduduki tahta singgahsana kerajaan Bani Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya. Ia beranggapan bahwa dialah yang sepatutnya menjadi putra mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fisiknya dan lebih muda usianya serta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Karenanya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah mengambil haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra'il. Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang mati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya walau resiko apapun yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuannya itu. Dan sebagai persiapan untuk rancangan pemberontakannya itu, dari jauh hari ia berusaha mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka, menolong menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya. Tidak jarang ia untuk memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian. Setelah merasa bahwa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra'il dan bahwa ia telah berhasil memikat hati sebagian besar dari mereka, Absyalum menganggap bahwa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana perampasan kekuasaan dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa. Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada pesuruh rencananya, bahwa bila mereka mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud ayahnya. Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasehat pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud yang dituntut turun dari tahtanya. Keadaan kota menjadi kacau-balau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan kekuasaan Absyalum. Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan putrannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan. Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama pekerjanya menyeberangi sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan putranya yang durhaka itu. Setelah mengadakan istikharah dan bermunajat dengan tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap putranya dan dikirimkanlah pasukan tentara dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, terutama terhadap Absyalum, putranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah inginkan untuk putranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung. Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana telah diwasiatkan oleh ayahnya.

Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan Makhluk Lain

Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, yaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu karunia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya untuk karya pembangunan gedung-gedung, pembuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya. Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan. Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: "Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya tanpa ia sedar dan sengaja. Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahukan hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahwa binatang pun mengerti bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sadar.

Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Sulaiman membangun Baitul maqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San'a - ibu kota Yeman, ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan dan uzur yang nyata. Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan:: "Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengaruniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar." Berkata Sulaiman kepada Hud-hud: "Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu karena berita yang engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu, kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan selanjutnya bagaimana jawaban ratu Saba atas suratku ini." Hud-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh ratu, dibuka dan dibaca isinya yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah dariku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri." Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para pembesarnya dan para penasehat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang diterimanya itu. Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: "Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putra-putra yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi pertimbangan atau nasehat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari manapun datangnya demi menjaga keselamatanmu dan keselamatan kerajaanmu." Ratu Balqis menjawab: "Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian. Menurut pertimbanganku, lebih bijaksana bila kita menempuh jalan damai dan menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kita menentang secara kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kita berhasil menyerbu masuk kota-kota kita, maka niscaya akan berakibat kerusakan dan kehancuran yang sangat menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan, memperhambakan rakyat dan merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kita. Hal yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan coba melunakkan hatinya dengan mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya. Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya. Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya yang akan menyilaukan mata utusan Balqis bila mereka tiba. Tatkala utusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman: "Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahwa Allah telah memberiku rizki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengaruniaiku dengan karunia dan nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang dari makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak saja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahwa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahwa kami akan mengirimkan bala tentara yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku." utusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahwa ia memiliki kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui rombongan utusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri. Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukmu. Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercaya.
Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: "Aku akan membawa tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu."
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah ia: Ini adalah salah satu karunia Tuhan kepadaku untuk mencoba apakah aku bersyukur atas karunia-Nya itu atau mengingkari-Nya, karena barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan karunia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia." Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba beserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menudingkan kepada tahtanya: "Serupa inikah tahtamu?" Balqis menjawab: "Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri," seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahwa tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahwa tahta itu berada di istana tatkala ia pergi meninggalkan Saba. Selagi Balgis berada dalam keadaan pikiran kacau, keheranan melihat tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahwa ia berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya. Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: "Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu. Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini." "Oh,Tuhanku," Balqis berkata menyadari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, "aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan karunia-Mu, merugikan dan mendzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dengan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang." Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sebagian ahli tafsir dan ahli sejarah nabi-nabi, bahwa Nabi Sulaiman pada akhirnya kawin dengan Balqis dan dari perkawinannya itu lahirlah seorang putra. Menurut pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi Sulaiman dari putra hasil perkawinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam bisshawab.

Wafatnya Nabi Sulaiman

Al-Quran mengisahkan bahwa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak akan meneruskan pekerjaan yang mereka anggap sebagai siksaan yang menghinakan. Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya Nabi Sulaiman, namun karena cerita-cerita itu tidak ditunjang dan dikuatkan oleh sebuah hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kita berpegang saja dengan apa yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih Mengetahui dan kepada-Nya kami berserah diri.
Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surat An-Naml ayat 15 sampai ayat 44


Selasa, 03 Maret 2009

Nabi Daud AS

Daud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara keturunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal dan bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout

Ketika raja Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki tentara dan menyusun tentara rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dalam barisan laskar Thalout. Khusus kepada Daud sebagai anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-keperluan lainnya untuk mereka, di samping ia harus mengikuti kakaknya dari waktu ke waktu memberi laporan kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut bertempur, mengingat usianya yang masih muda dan belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan. Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jago-jago perang Bani Isra'il berdiam diri karena rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini. Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout dan dikawinkannya dengan putrinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa putrinya akan dikawinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai penasehatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati serta disegani bukan saja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat keturunan serta derajat Bani Isra'il di mata bangsa-bangsa sekelilingnya. Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada mertuanya yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang ia harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya? Daud tidak mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan yang melintasi pikirannya itu. Kemudian ia kembalikan kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-urusan dan masalah-masalah pribadi dari mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu. demikianlah dia mencoba menenangkan hati. Pada suatu malam yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersama istrinya Mikyal. Daud berkata kepada istrinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat akhir-akhir ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-tanda antipati dan benci kepadaku. Ia selalu memalingkan diri ketika duduk bersama aku, tidak bercakap-cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya." Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang terjatuh dipipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu darimu dan sesekali tidak akan merahasiakan hal-hal yang sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahwa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan kawatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki singgahsana yang empuk dan merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika dihadapanya. Ia kawatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Karenanya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia kawatir bahwa engkau akan merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berburuk sangka terhadap tindakan-tindakan orang-orangnya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-tindakan itu." "Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku sempat tau bahwa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih meragukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang bagi dirimu." Daud merasa heran dengan kata-kata istrinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan kepada istrinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa kesetiaanku diragukan oleh ayahmu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya serta mengaburkan jalan pikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu. Pada esok harinya Daud terbangun oleh suara seorang pesuruh Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap. Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud pikiranku belakang ini sangat terganggu oleh sebuah berita yang merungsingkan. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'an sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud agar dapat memenangkan urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu, pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara tentaramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa di atas bahu orang-orangmu." Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu mengusir Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini. Siasat yang mengandung niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang dibalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentara yang disiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya. Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal iman dan takwa di dalam hatinya berangkatlah Daud beserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'an. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutus Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya beserta pasukannya dengan membawa kemenangan. Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dibicarakan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecakapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'an dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa. Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'an. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar, gagah perkasa berada di hadapan pasukannya menerima sambutan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayangi rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'an, jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa di dalamnya. Mikyal, istri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran istrinya yang setia itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh pada Allah. Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong-bondonglah mereka para pengikutnya mencari jejaknya untuk menyampaikan kepadanya rasa kesetiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat sambil merenungkan nasib yang ia alami sebagai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sekedar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sadar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali darinya.
Daud Dinobatkan Sebagai Raja

Raja Thalout makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot kewibawaannya sejak ia ditinggalkan oleh Daud dan diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya terhadap orang yang telah berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara dan bangsanya. Dan sejauh penghargaan rakyat terhadap Thalout merosot, sejauh itu pula cinta kasih mereka kepada Daud makin meningkat, sehingga banyak diantara mereka yang lari mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana menjadikan Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. Ia lalu menjalankan siasat tangan besi, menghunus pedang dan membunuh siapa saja yang ia ragukan kesetiaannya, tidak terkecuali di antara korban-korbannya adalah para ulama dan para pemuka rakyat. Thalout yang mengetahui bahwa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tentram di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Karenanya ia mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tentaranya yang sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia pikir harus cepat-cepat membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan bertambah banyak pengikutnya. Daud berserta para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala mendengar bahwa Thalout dengan laskarnya sedang mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang dari para pengikutnya untuk melihat dan mengamati kedudukan Thalout yang sudah berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahwa Thalout dan laskarnya sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan mereka semuanya tertidur dengan nyenyak. Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan laskarnya. Anjuran mereka ditolak oleh Daud dan untuk sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama bagi Thalout menggunting sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya. Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya: "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur nyenyak. Sekiranya aku mau niscaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan memisahkan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan pikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal itu." Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyadarkan Thalout. Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama daud masih hidup dikelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar jumlahnya. Ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa pengguntingan bajunya dan mencoba sekali lagi membawa laskarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati. Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud untuk kedua kalinya, maka dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat laskar Thalout berkhemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit tertidur dengan nyenyaknya karena kecapaian. Dengan melangkahi beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout beserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout agar mereka bangun dari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kelengahan mereka. Ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya. Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan yang kedua kepada Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi peringatan kedua kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan akhir hayatnya andaikan Daud menuntut balas atas apa yang telah ia lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya. Jiwa besar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout. Ia terbangun dari lamunannya dan sadar bahwa ia telah jauh tersesat dalam sikapnya terhadap Daud. Ia sadar bahwa nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorongkan dia merancang pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sadar bahwa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya karena buruk sangka yang tidak berdasar. Thalout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya, sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan disangka, berkat rahmat dan kurunia Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani Isra'il dan bagaimana Tuhan telah mengutuskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang sepatutnya atas jasa-jasanya itu ia mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana yang ia telah lakukan dengan merancangkan pembunuhannya dan mengejar-ngejarnya setelah ia melarikan diri dari istana. Dan walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia mau. Membayangkan peristiwa-peristiwa itu semua menjadi sesaklah dada Thalout menyesali diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis sehingga ia menyia-nyiakan karunia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang bahkan membawa dosa dan murka Allah. Maka untuk menebus dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya beserta segala kebesaran dan kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam baka. Setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout yang pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan

Daud dapat menangani urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan dan menentukan bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada Allah, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan memberi penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan pribadinya. Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan mengurus urusan peribadatan, ia tidak perkenankan seorangpun menemuinya dan mengganggu dalam ibadahnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia menyiapkan diri untuk menerima segala laporan dan keluhan yang dikemukan oleh rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan secara ketat oleh para pengawal dan petugas keamanan istana. Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun lelaki itu memaksakan kehendaknya dan melalui pagar yang dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertatap muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut: "Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami berdua." Nabi Daud tidak dapat berbuat selain menerima mereka yang sudah berada didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya. Berkatalah ia kepada mereka setelah redah kembali ketenangannya dan hilang rasa paniknya: "Cobalah ceritakan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang sebenarnya." Berkata seorang dari kedua lelaki itu: "Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor saja. Ia menuntut dan mendesak aku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang seekor itu untuk melengkapi peternakannya menjadi genap seratus ekor. Ia membawa berbagai macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya, mengingat bahwa ia memang lebih cakap berdebat dan lebih pandai bertikam lidah daripadaku." Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain seraya bertanya: "Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?" "Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka engkau telah berbuat dzalim kepada saudaramu ini dan merampas hak miliknya dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat dzalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal sholeh." "Wahai Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah yang sepatutnya menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunangan dengan seorang pemuda anggota tentaramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua saling cinta dan mengikat janji." Nabi Daud tercengang mendengar jawaban lelaki yang berani, tegas dan pedas itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu, tiba-tiba lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua sosok tubuh kedua lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya termenung sadarlah ia bahwa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya bersujud memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diridhai oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya. Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin Hannan" seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan perkawinan dan hidup sebagai suami istri yang bahagia. Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah, terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dan menjadilah cita-citanya untuk beristrikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu, seakan-akan impian atau fatamorangana belaka. Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari salah seorang anggota tentaranya yang setia dan cakap. Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut. Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang pesuruh Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh Uria namun Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah pikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi istrinya yang sah. Demikianlah kisah perkawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir menjadi sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang menyerupai sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang sengketa mereka perihal domba betina mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra'il

Di antara ajaran-ajaran Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahwa mereka mewajibkan untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu untuk melakukan ibadah kepada Allah mensucikan hati dan pikiran mereka dengan berdzikir, bertahmid dan bersyukur atas segala karunia dan nikmat Tuhan, bersholat dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik serta amal-amal sholeh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang ditentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi. Pada mulanya hari Juma'atlah yang ditunjuk sebagai hari suci dan hari ibadah itu, akan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu dajadikan hari mulia dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan urusan-urusan duniawi. Mereka hanya tekun beribadah dan berbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan turun temurun dan generasi demi generasi. Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok kaum dari keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu. Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorangpun malakukan urusan dagang atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-tempat perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu, sehingga ikan-ikan di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi laut dekat desa Ailat. Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan hari Sabtu merasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah. Para nelayan desa Ailat yang pada hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar menangkap ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam dan hari Sabtu. Pikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah agama dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa. Para penganut yang setia dan para mukmin yang sholeh datang menegur para orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasehat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supaya terhindar dari murka Allah yang dapat mencabut karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Nasehat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang mereka peroleh dari penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau perlu. Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat adalah kota dan tempat tinggal kita bersama kita mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-sumber kekayaan yang terdapat di sini untuk kepentingan hidup kami. Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua bagian dipisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-masing pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu oleh pihak manapun." Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan ikan semau hatinya secara besar-besaran setiap hari tanpa terkecuali.
Mereka membuat saluran-saluran air untuk mengalirkan air laut ke dekat rumah-rumah mereka dengan mengadakan bendungan-bendungan yang mencegah kembalinya ikan-ikan ke laut bila matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-ikan yang terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut. Para nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang mereka peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat dan pelanggaran perintah-pelanggaran agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan moral mereka. Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari waktu kewaktu memperingatkan mereka dan memberi nasehat , kalau-kalau masih dapat ditarik ke jalan yang benar dan bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil penangkapan yang berlipat ganda menjadikan mata mereka buta untuk melihat cahaya kebenaran, telinga mereka tuli untuk mendengar nasehat-nasehat para pemuka agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga menjadikan sebagian dari pemuka agama itu berputus asa dan berkata kepada sebagian yang masih menaruh harapan: "Mengapa kamu masih menasehati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpai azab yang sangat keras." Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahwa segala nasehat dan peringatan kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sadar dan insyaf kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar mengganjar mereka dengan siksaan dan adzab yang setimpal. doa Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku dzalim terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah para hamba-Nya yang sholeh. Sementara mereka yang mukmin dan sholeh mendapat perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Beberapa Karunia Allah Kepada Nabi Daud

  • Allah mengutusnya sebagai nabi dan rasul mengaruniainya nikmah, kesempurnaan ilmu, ketelitian amal perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.

  • Kepadanya diturunkan kitab "Zabur", kitab suci yang menghimpun qasidah-qasidah dan sajak-sajak serta lagu-lagu yang mengandung tasbih dan pujian-pujian kepada Allah, kisah umat-umat yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang, di antaranya berita tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.

  • Allah menundukkan gunung-gunung dan memerintahkannya bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud tiap pagi dan senja.

  • Burung-burungpun turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud berulang-ulang.

  • Nabi Daud diberi peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-burung.

  • Allah telah memberinya kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat membuat baju-baju dan lingkaran-lingkaran besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.

  • Nabi Daud telah diberikannya kesempatan menjadi raja memimpin kerajaan yang kuat yang tidak dapat dikalahkan oleh musuh, bahkan sebaliknya ia selalu memperoleh kemenangan di atas semua musuhnya.

  • Nabi Daud dikaruniakan suara yang merdu oleh Allah yang enak didengar sehingga kini ia menjadi kiasan bila seseorang bersuara merdu dikatakan bahwa ia memperoleh suara Nabi Daud.

Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran surat "Saba'" ayat 11, surat "An-Nisa'" ayat 163, surat "Al-Isra'" ayat 55, surat "Shaad" ayat 17 sampai ayat 26 dan surat "Al-'Araf" ayat 163 sampai ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S

  • Allah telah memberikan contoh bahwa seseorang yang bagaimanapun besar dan perkasanya yang hanya menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang yang lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak berarti sebagaimana Daud yang muda usia dan lemah fisik mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu saja.

  • Seorang yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa mencari hasil dan memperoleh kejayaan dalam usaha dan perjuangannya selama ia bersandarkan kepada takwa dan iman kepada Allah yang akan melindunginya.

  • Kemenangan Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabur, bahkan sebaliknya ia bersikap rendah hati dan lemah-lembut terhadap kawan maupun lawan.